Cerita Pendek : Aku

     Apa yang terjadi, tanyaku dalam batin. Aku mencoba membuka mataku, tetapi aku tidak sanggup. Aku merasa perutku sangat sakit yang hebat, nyeri, dan panas. Aku mendengar suara tangis isak di sampingku. Mereka memanggil namaku. Hei, jangan menangis lagi, aku baik-baik saja, kataku dalam batin. Aku terus mencoba untuk berbicara, membuka mata, atau memberi kode pada mereka bahwa aku tidak apa-apa. Tetapi badanku terasa lemas sekali, tidak memiliki tenaga.

     Aku menyerah.

     Aku mencoba mengingat kembali, apa yang terjadi. Dikala aku mencoba mengingat kembali, aku melihat dua orang yang sangat penting dalam hidupku. Mereka ialah Jennifer dan Alex.
     Jennifer adalah sahabat terbaik yang pernah kupunya. Kami berteman sejak kecil sampai sekarang. Karena dia tinggal di sebelah rumahku, otomatis kami berteman dengan baik. Dan dia selalu ada untukku. Aku sangat menyayanginya.

    Alex. Aku ingin dia ada di pelukanku sekarang juga. Dia adalah boyfriend-ku. Dia bersedia menerima diriku apa adanya. Dan aku sangat mencintainya melebihi apapun di dunia ini. Meskipun dunia ini sangat membenciku, tetapi hanya Jennifer dan Alex lah yang memperhatikanku dan menyayangiku dengan tulus.

     Ya, aku ingat apa yang terjadi. Hari itu, hari yang sangat spesial bagiku. Aku dan Jennifer mempersiapkan suatu kejutan untuk Alex. Setelah pulang dari kerja, Aku dan Jennifer pergi ke cafe langganan kami. Cafe itu cukup sederhana. Cafe itu ialah tempat pertemuan pertama kali aku dan Alex. Kami memesan minuman yang sering kami pesan dalam cafe itu.
    
     Ketika jam dinding telah menunjukkan angka sembilan tepat, jantungku berdetak kencang. Wajahku memerah dan tersipu malu. Jennifer yang menyadari keadaanku, langsung mengejekku. Aku pun tertawa lepas mendengar ejekan Jennifer. Sebentar lagi Alex akan tiba. Aku pun mengecek isi tasku, memastikan benda penting yang akan kuberikan pada Alex ada pada tempatnya. Ketika pintu cafe itu berbunyi tandanya ada orang yang masuk ke cafe itu, aku langsung berpaling ke arah pintu cafe. Aku langsung senyum dengan lebar. Ya, pria idamanku datang. Alex berjalan menghampiri aku dan Jennifer.

     Alex, sang pujaan hatiku telah berdiri di depanku. Aku langsung memeluknya dengan mesra dan manja. Dan ketika pelukan kami lepas, Alex tiba2 bersujud di hadapanku, memberikanku seikat bunga mawar merah favoritku, dan mengucapkan kata yang paling ingin kudengar selama kami pacaran sambil menyerahkan sekotak yg berisikan cincin yang manis.

     Dia melamarku!

     Aku langsung melepas air mata kebahagiaan ini karena tidak sanggup menahan emosi ini. Lalu aku mengangguk tanda setuju. Alex dan aku berpelukan sekali lagi, dan juga Alex memasukkan cincin yang manis itu pada jari manis kiriku. Cincin itu pas. Lalu terdengar suara sorak sorai dan suara siul dari orang-orang di dalam cafe ini. Kulihat Jennifer juga meneteskan air mata. Ketika pelukan kami lepas, kami duduk di kursi tempat pertama aku dan Jennifer duduk. Jennifer meminum abis minumannya dan pamit ijin pulang. Dan dia mengatakan bahwa minuman hari ini harus dibayarin olehku. Aku lalu mengusirnya pulang sambil tertawa mengejek. Alex berterima kasih pada Jennifer karena telah menemaniku selama ini. Jennifer mengedipkan matanya sebelah, lalu pergi meninggalkan aku dan Alex.
    
     Alex memesan minuman dan aku mengatakan tujuanku hari ini memanggil Alex ke cafe ini. Aku mengambil benda pending yang ada dalam tasku. Isi kotak kecil ini kutabung dari penyisihan gajiku selama berbulan-bulan. Aku lalu menunjukkan isinya kepada Alex. Isinya adalah cincin. Cincin yang sama persis modelnya yang diberikan Alex pada jari manisku. Alex kaget karena modelnya sama. Lalu aku memasukkan cincin itu ke jari manis kiri Alex. Tujuanku memanggil Alex hari ini di cafe ini karena, aku ingin melamar Alex. Hari ini adalah hari jadi kami. Alex senyum tertawa dan mencium pipiku.

     Ketika jam dinding menunjukkan jam setengah sebelas, aku dan Alex ingin pulang dan aku mencari dompet dalam tasku. Tetapi dompetku tidak ada. Seharusnya di dalam tas. Mungkin ketinggalan di tempat kerjaku, kataku dalam batin. Untungnya, kunci tempat kerja, aku yang memegangnya. Dan aku bersikeras kembali ke tempat kerjaku, karena aku ingin membayar tagihan minuman malam ini. Alex menyerah dan membiarkan aku yang membayarnya. Untungnya lagi, tempat kerjaku dekat dengan cafe ini, hanya beda beberapa blok bangunan. Sesuai rencana, aku pergi kembali ke tempat kerjaku dan Alex menungguku di cafe.

     Ketika aku telah sampai di tempat kerja, memang benar, dompetku ketinggalan di laci meja kerjaku. Aku sangat clumsy, lain kali tidak boleh seperti ini, nasihatku dalam batin. Lalu aku mengunci pintu dan memastikan semua telah aman, aku berjalan kembali ke cafe. Langit sudah sangat gelap. Mungkin sudah jam sebelas malam. Jalanan disini sangat sepi, karena kebanyakan bangunan disini digunakan untuk kantoran. Malam hari sangat sepi. Lalu aku melihat di seberang jalan, ada pemuda-pemuda yang berkumpul dan berteriak seperti sedang menyanyi. Aku memilih untuk tidak mengacuhkan mereka dan tetap berjalan ke arah cafe. Tapi seseorang di antara mereka memanggilku. Aku tetap tidak mau berbalik melihat mereka. Pemuda yang memanggilku berteriak lagi dan terdengar sangat kesal dengan sifatku yang mencuekin mereka. Lalu aku mendengar suara kaki yang sedang berlari. Aku berbalik badan dan melihat bukan hanya seorang, tetapi pemuda-pemuda itu mengejarku. Mereka terlihat mabuk. Aku langsung berlari menuju cafe. Dan berharap mereka tidak bisa mengejarku. Tetapi, sialnya, aku tersandung sebuah batu, dan terjatuh ke aspal jalan yang dingin.

    Pemuda-pemuda itu menghampiriku dan terlihat sangat marah. Mereka mengeluarkan pisau dan meminta barang-barang berhargaku. Aku mengeluarkan dompet dan cellphone dari dalam tas dan memberikan kepada mereka. Mereka terlihat puas. Sialnya, seorang dari pemuda itu melihat cincin yang diberikan Alex padaku. Mereka memintanya. Dan aku bersikeras tidak mau memberikan kepada mereka. Aku mempertahankan cincinku, dan mencoba untuk berdiri dan berteriak minta tolong. Lalu aku merasakan sakit yang luar biasa di perutku. Ternyata seorang dari pemuda-pemuda itu menikamku. Lalu mereka berlari meninggalkanku.

    Aku mencoba bangun dan mencari bala bantuan. Sakit, dingin, gelap, dan sepi, itulah yang kurasakan. Aku lalu memejamkan mataku berharap Alex datang.
     ....
    
     ....
     Hei, aku disini. Lihat aku, aku baik-baik saja. Aku melihat Jennifer dan Alex yang sedang menangis. Jennifer berteriak memanggil namaku, "Jason... Jason.. Buka matamu, Jason!"

     Alex sedang menangis dan memeluk seseorang. Aku heran siapa yang dipeluk Alex. Dan aku melihat orang yang dipeluk oleh Alex adalah aku.

anitakhong

Welcome to Anita's blog. Feel free to drop comment on comment box or contact form ^o^

No comments:

Post a Comment